Kamis, 02 Desember 2010

Day #9 . Bersama hujan .

Bersama hujan,
Rasa itu meresap .
Melewati pori, mengalir bersama detak .
Lalu bersemayam di hati yang membuncah .
Bersama hujan,
Bibirmu di dahiku .
Tangan kita bertaut, satu .
Kau, aku dan hujan .
Sesederhana itu,
Ya . Aku juga cinta padamu Sayang .

. Diubah Waktu .

Kata orang, waktu bisa mengubah segalanya. Tidak hanya kota dan peradaban, tapi juga sanggup mengubah hati. Begitukah ?
Kau berubah. Dia berubah. Mereka juga berubah. Masing-masing mencari jalan yang sesuai dengan hati.
Tertinggallah saya disini. Sendiri.
Dan kurasa saya juga harus berubah. Agar tidak menjadi satu-satunya manusia yang dengan bodohnya masih berharap semua akan tetap seperti sediakala. Masih mengira waktu takkan memindahkan apapun.
Saya memang bodoh. Terus-menerus bertahan ditempat yang pernah kita tinggali. Membodohi diri sendiri bahwa suatu hari kau akan kembali dan menemaniku lagi. Ah, waktu.
Apakah saya terlalu naïf jika mengharapkan kau menjadi seperti yang dulu lagi sementara waktu berdetak keras ditelingaku ?

Rabu, 01 Desember 2010

Day #8 . Pergi .

Biarkan aku melangkah pergi .
Meninggalkan jejak tertatih .
Meninggalkan dusta buaya mu .
Simpan saja semua cerita .
Dustai dirimu saja, jangan aku lagi .
Aku muak, nyaris muntah .
Aku lelah, dan menyerah .

Selasa, 30 November 2010

Day #7 . Dingin .

Menggigil .
Menikmati dingin yang menyelusup mesra .
Dingin yang melumpuhkan .
Dingin yang tidak kuinginkan .
Mungkin, sebaiknya aku segera beku .
Biar rasa juga ikut beku .
Mati .

Senin, 29 November 2010

Day #6 . Merindu .

Hei kau pria berbaju biru .
Kusimpan segumpal emosi untukmu .
Menandak nandak, nyaris meluap .
Tahukah kau aku merindu ?

Hei kau pria berbaju biru .
Datanglah, malam ini . Malam ini saja .
Aku ingin berbaring di dadamu .
Menghitung detak jantung yang memburu .
Menyelusup di rongga kulitmu .

Hei kau pria berbaju biru .
Kutunggu kau di separoh malam .
Datanglah .
Temani aku menyusuri langit kelabu.
Hingga embun menyapa mesra .

Minggu, 28 November 2010

Day #5 . Selamat Jalan .

Pagiku berkadung duka .
Melepas kepergian guru terkasih .
Ada airmata yang mendesak tumpah .
Kala melihat tubuh beliau yang jatuh ringkih .
Tanpa aba-aba, sejumlah kenangan membanjiri .
Memutar balik waktu yang terlewati .
Ah, Bapak .
Masih terekam jelas di memori kami kearifanmu .
Kesabaran untuk mengikis kebebalan otak kami dalam mencerna rumus .
Tak pernah ada amarah . Hanya senyum yang kau limpahkan pada kami .
Masih kuingat jawilan sayang di hidungku jika aku salah menghitung .
Ah, Bapak .
Tak terjumlah ilmu yang kau wariskan kepada kami .

Langit merasakan duka kami pagi tadi .
Kelabu . Basah .
Kami mengikhlaskan kepergianmu lewat senandung lirih .
Berharap doa kami bisa menjadi pelita jalanmu .

Selamat jalan, Bapak .


* Dedikasi tertinggi teruntuk Bapak Guru, Dosen sekaligus Pembimbing tugas akhir ku :: Drs.Zinu Anwar, S.Farm (Alm).
Thanks for anything you gave me, Sir :)

Sabtu, 27 November 2010

Day #4 . Meredup .

Aku masih disini .
Tempat yang sama ketika kau beranjak entah kemana .
Laba-laba menjaring diatasku .
Dan aku masih menyudut .
Membenahi bongkahan rindu yang menumpuk .
Lukaku masih berdenyut basah .
Hatiku mengaduh lirih . Perih .

Masih terpatri jelas detik terakhir kali tatapan kita terkunci .
Ketika aku bertanya mengapa, dan kau menjawab
"Karena kau tidak cukup indah untuk menghiasi duniaku"
Detik itu juga, aku meredup .
Gelap . Hitam . Pekat .